Saturday, November 23, 2013

Resensi Artikel

Resensi Artikel

1.      Data Publikasi
Judul               : Robohnya Surau Kami
Penulis             : A.A. Navis
Penerbit            : Gramedia Pustaka Utama
No/tanggal          : November 2010
No.halaman          : 148 halaman Kamis, 21 November 2013
Tema    : ReligiDeliusnoCibir Google, Microsoft Jualan Kaus



2.Ringkasan
ebuah cerpen yang mengkisahkan perjalanan hidup seorang kakek yang tawadu’ dalam beragama namun harus meninggalkan hidup dengan ketidakpantasan. seorang kakek penjaga surau tua yang pekerjaan rutinitas hariannya menjaga surau sebagai tempat orang-orang beribadah, menjadi tukang asah pisau bagi ibu-ibu rumah tangga yang hendak meminta tolong dengan imbalan seikhlasnya, serta sebagai jagal ayam jika diminta tolong oleh tetangganya. Seorang kakek penjaga surau yang hidup dengan penuh kesederhanaan tanpa harta tak selebih pencukup kebutuhan pokok atau primer. Sebuah kehidupan yang hanya berjalan seiring terkikisnya waktu, bagai terkikisnya raut kening yang legam karena waktu memakan usia.

       Di dalam perjalanan kisah sang kakek, awalan tak selalu sejalan dengan akhiran. Maksud dari pernyataan tersebut menggambarkan bahwa seorang kakek yang tawadu’ pun meninggalkan dunia dengan cara bunuh diri karena frustasi. Hal ini terjadi karena sang kakek mendapat goncangan batin akibat mendengarkan sebuah kisah yang diceritakan oleh seorang pemuda yang bernama Ajo Sidi.

       Dalam sebuah cerita Ajo Sidi kepada sang kakek yang berkisah tentang dialog antara Tuhan dengan Haji Saleh, bercerita tentang seorang warga Negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah. Dalam pembicaraan Tuhan tersirat, ”……kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain yang mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu dan memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebuh suka beribadat saja, karena beribadat tidak berpeluh mengeluarkan keringat, tidak membanting tulang. Sedang Aku menyuruh engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira Aku ini gila pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu hanya memuji-muji dan menyembah-Ku saja……” dan Tuhan pun menghendaki malaikat untuk membawa Haji Saleh ke dalam jurang neraka yang panas.

    Dari cerita itulah sang kakek merasa hidupnya sia-sia, merasa frustasi akibat goncangan batin sehingga sang kakek harus meninggalkan dunianya secara tragis dan penuh tragedi.


3.Keunggulan
terletak pada bagaimana A.A. Navis mengakhiri cerita dengan kejadian yang tak terduga, lalu pada teknik penceritaan A.A.Navis yang tidak biasa pada saat itu. Tidak biasanya karena Navis menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain. Bahkan di sana terjadi dialog antara tokoh manusia dengan Sang Maha Pencipta.

4.Kelemahan
 terletak pada gaya bahasa yang terlalu baku, sehingga sulit untuk dibaca.

5.Pendapat akhir/saran
Cerita ini sangat cocok untuk dibaca, karena memberikan hal-hal yang menarik bagi kehidupan sang pembaca.



No comments:

Post a Comment